JOGJA, SMJogja.com – Di Afrika Tengah, ada satu negara, Burundi namanya. Tak banyak yang tahu negara tersebut. Namun jangan salah sangka, ternyata masyarakat di sana mengenal nama Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang ada di Indonesia.
Seperti penuturan Japhet Ndayisenga dari Burundi, mahasiswa yang ulet dalam menempuh studi. Dosen University of Burundi itu menempuh gelar magister dan doktor di bidang olahraga di UNY. Selama studi, ia mengalami kendala uang saku dari orangtua yang tidak menentu.
”Saya kemudian direkrut sebagai student employment oleh Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan waktu itu. Tujuannya, dapat menambah bekal pengalaman sekaligus belajar manajerial cara kepemimpinan yang melayani,” ungkap Japhet.
Japhet berhasil menyelesaikan studi S2 dalam waktu tiga semester dan memperoleh predikat summa cumlaude. Keinginan menimba ilmu di ”Padepokan Randu Alas” UNY masih kurang.
Akhirnya Japhet mendapat pencerahan dengan bantuan beasiswa dari UNY dan melanjutkan sebagai student employment sekaligus anak asuh Rektor UNY.
Berkat ketekunan dan pantang menyerah, ia mampu mampu menyelesaikan doktor ilmu keolahragaan dalam waktu empat semester satu bulan. Predikatnya juga luar biasa, summa cumlaude.
Karya Monunental
Berbekal ilmu keolahragaan selama kuliah, ia kembali ke Burundi. Seluruh ilmu ia praktikkan. Satu karya monumental untuk negeranya yakni mengembangkan dan mempraktikkan ilmunya dengan branding ”sport massage dan terapi UNY”.
Praktik tersebut masuk ke rumah sakit peringkat satu di Burundi. Tim UNY sempat berkunjung ke Burundi dan melihat secara langsung klinik terapinya. Kondisinya memang sangat minimalis tetapi dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal.
”Warga sangat beruntung dengan ide kreatif Japhet membuka klinik. Banyak pasien yang sembuh dan meningkat kebugarannya setelah mengikuti terapi ala UNY,” imbuh Kepala Rumah Sakit Burundi, Dr Bonite Havyarimana.
Model terapi ala UNY meliputi terapi, sport massage, exercise dengan sepeda, treatmill dan peralatan seadanya. Bahkan ruang untuk massage cukup di lantai dengan matras dan kain tirai penutup. Kendati demikian, banyak pasien yang melakukan terapi di sana.
Japhet sendidi yang memegang Direktur Klinik Sport Massage dan Terapi ala UNY di rumah sakit tersebut. Nama kliniknya, Clinicque Prince Louis Rwagasore. Ia juga mendapat bantuan berupa gaji yang cukup tinggi.