JOGJA, SMJogja.com – Beberapa waktu terakhir ini ramai pernikahan dini anak belasan tahun. Mereka menikah dengan sejumlah alasan. Salah satu penyebab pernikahan dini menurut Dirjen Dikdasmen Dr Indrajati Sidi karena tidak melanjutkan pendidikan. Banyak anak yang lulus SMP atau SMA tidak meneruskan pendidikan karena ketidak mampuan orang tua.
Hal itu terungkap ketika Dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dr Das Salirawati berbicara dalam sarasehan”Ada Apa Dengan Menikah” di Desa Tunggularum, Wonokerto, Sleman. Kegiatan tersebut salah satu program kerja KKN UNY 25856 Tunggularum, Wonokerto ,Turi, Sleman.
Ia mengutip pernyataan Dirjen Dikdasmen tersebut dan menilai banyak remaja putri karena kemauan sendiri atau dorongan orangtua untuk menikah di usia muda. Secara biologis, wanita siap bereproduksi pada usia 20 tahun, sedangkan untuk pria 25 tahun. Pada usia itulah organ-organ reproduksi siap berfungsi secara optimal. Artinya sel telur siap untuk dibuahi dan sel sperma baik untuk pembuahan.
Selain itu pada usia 20 tahun wanita secara psikologis telah siap untuk mengurus rumah tangga, dan pada usia 25 tahun pria juga telah siap menjadi kepala keluarga. Dengan demikian mereka dapat membina rumah tangga secara baik.
Penyebab Pernikahan
Ia melihat ada beberapa penyebab pernikahan dini, antara lain ”kecelakaan” akibat melakukan pergaulan bebas, putus sekolah atau karena permintaan orang tua. Pasalnya, sampai saat ini masih ada sebagian orangtua yang berpendapat anak perempuan identik dengan pekerjaan dapur, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena akhirnya ke dapur juga.
”Anggapan ini sulit diubah karena biasanya orangtua yang kolot menganggap hanya pemikiran mereka yang benar, sedangkan anak tidak berhak berpendapat atau memberi masukan,” ujar Salirawati.
Kecuali itu, di beberapa wilayah Indonesia ada yang merasa malu bila anak perempuan sudah berumur 18 tahun belum menikah. Mereka bakal mendapat julukan ”perawan kasep”. Orangtua beranggapan demikian karena tidak memahami dampak pernikahan dini dari sisi psikologis dan biologis.
Ia mengajak warga setempat untuk mencegah pernikahan dini karena membawa dampak dari aspek sosial, psikologis, dan biologis. Menikah pada usia dini memberikan beban sosial bagi anak, tekanan psikologis jika anak tidak mampu beradaptasi dengan kehidupan yang dijalaninya, dan secara biologis sebenarnya organ reproduksi belum cukup siap menerima kehadiran seorang anak di dalam rahimnya.