JOGJA, SMJogja.com – Resesi ekonomi menjadi ancaman global. Sejumlah negara sudah mengawalinya. Kondisi demikian akan semakin massif di tahun 2023. Masyarakat harus waspada dan pandai-pandai mengelola keuangan.
Pengamat Perbankan, Keuangan, dan Investasi dari UGM, I Wayan Nuka Lantara PhD mengungkapkan resesi yang akan terjadi karena lonjakan inflasi sebagai dampak konflik Rusia-Ukraina. Peningkatan inflasi tersebut diikuti oleh kebijakan pengetatan moneter bank sentral di negara Eropa dan Amerika Serikat dengan menaikkan tingkat bunga acuan.
”Hal itu berdampak juga pada kebijakan yang diambil bank sentral di negara lainnya. Apabila bunga acuan meningkat, biaya modal dan bunga kredit yang akan ditanggung bisnis juga akan naik,” tandasnya.
Dampak lanjutannya biasanya diikuti mata uang lokal yang melemah terhadap mata uang asing. Jika suatu negara memiliki banyak pinjaman dalam mata uang asing, pemerintah maupun swasta, maka jumlah mata uang lokal yang akan dikeluarkan untuk membayar pinjaman dalam mata uang asing juga akan meningkat.
Apabila kondisi tersebut tidak membaik, kombinasi rentetan harga produk yang meroket, inflasi yang meningkat, bunga acuan kredit yang naik, serta pelemahan mata uang lokal. Akhirnya akan berisiko menyebabkan terjadinya krisis ekonomi global.
Tetap Tenang
Bagaimana menghadapi ancaman resesi? Wayan minta masyarakat tetap tenang sembari melakukan revisi pada rencana keuangan yang sebelumnya sudah dibuat. Menurutnya, upaya penyiapan dana darurat penting dilakukan, namun perlu juga dibarengi upaya pada dua hal lainnya.
Pertama, berupaya untuk mencari alternatif tambahan penghasilan selain dari gaji tetap. Misalnya, memanfaatkan hobi untuk bisnis, berjualan daring, dan tetap rutin berinvestasi. Kedua, lakukan identifikasi ulang pada pos-pos pengeluaran. Pada saat yang sama sembari mencari celah untuk melakukan penghematan pada pos-pos pengeluaran yang kurang penting atau yang bisa ditunda.
”Investasi selama ini terbukti menjadi cara yang efektif untuk melawan dampak negatif inflasi. Pilihan investasi yang cocok untuk mengantisipasi terjadinya krisis ekonomi global adalah menggeser bobot dana investasi lebih banyak pada aset investasi yang tergolong aman,” paparnya.
Jenis investasi yang aman antara lain deposito, emas, surat berharga yang diterbitkan negara. Jika ingin melakukan investasi di saham, ia menyarankan sebaiknya invetasi pada saham-saham yang bergerak pada sektor industri yang defensif, tetap bisa bertahan meskipun ada krisis. Misalnya saham perusahaan yang bergerak di industri consumer goods, kesehatan, bank, energi dan utilitas.