JOGJA, SMJogja.com – Dunia anak sangat khas dan unik. Tidak mudah menyelami anak-anak terlebih di era teknologi informasi seperti sekarang. Anak-anak lebih sering asyik dengan dunia maya. Perlu perhatian orang tua dan banyak pihak agar mereka tidak larut dan tenggelam di alam digital.
Di sinilah pentingnya peran sosok seperti Yohanes Siyamta. Pustakawan Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) ini begitu peduli dengaan anak-anak. Ia berusaha menyelami dunia anak dengan menterjemahkan karya sastra cerita anak dari bahasa Jawa ke Indonesia. Langkah tersebut sebagai upaya semakin mengenalkan cerita lokal yang sarat makna ke anak-anak.
Karyanya berhasil meraih prestasi sebagai Pemenang Penerjemah Cerita Anak Bahasa Jawa – Bahasa Indonesia yang diselenggarakan alai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahun ini kedua kalinya Siyamta mendapatkan prestasi serupa.
”Program penerjemahan karya sastra daerah bertujuan karya-karya sastra dari daerah bisa diketahui dan dibaca oleh masyarakat terutama anak-anak. Karena belum ada sertifikasi penerjemah seperti dalam penerjemahan Bahasa Inggris, maka setiap kali akan menyelenggarakan kegiatan ini, BBY mengadakan seleksi bagi para calon penerjemah,” ungkap Siyamta.
Proses Seleksi
Ia menceritakan, proses seleksi telah dilakukan secara administrasi mulai awal Maret 2022. Selama proses seleksi, Siyamta menerjemahkan empat judul cerita anak, yaitu Kadho karya Desi Noviyani, Adeg-Adeg Antep karya Bayu Saptama, Aja Totohan karya Rahma Khoirunnisa dan Tampah karya Yudha Prasetyanti.
Dalam menerjemahkan karya-karya cerita anak tersebut, ia merasakan ada tantangan tersendiri. Meskipun bebas menerjemahkan, tapi ia juga harus memahmi karakter dan kemampuan anak. Cerita dibuat untuk anak, pengarangnya memang orang dewasa tapi membuat cerita dengan bahasa anak-anak.
”Jadi meskipun harus dengan bahasa yang baik dan benar ya tetap harus yang bisa dan mudah dipahami oleh anak-anak,” imbuh Siyamta.
Buku-buku terjemahan tersebut nantinya akan dipublikasikan oleh Balai Bahasa. Hak terjemahan memang ada pada penterjemah tapi publikasi ada pada Balai Bahasa. Ia berharap cerita-cerita anak sebagai karya sastra tidak hanya tersimpan, tetapi bisa disebarluaskan karena penuh nilai-nilai kebajikan.